Mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu dari sepuluh indikator perilaku hidup bersih dan sehat yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan. Jika tidak, bisa terjangkit berbagai penyakit karena tangan yang penuh kuman maupun bakteri.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto mengungkapkan, tidak mencuci tangan pakai sabun, salah satunya bisa menyebabkan diare. "Masalah diare berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Tahun 2013 sebanyak 10,2 persen pada balita. Di DKI Jakarta juga cukup tinggi, yaitu 8,9 persen," kata Koesmedi dalam acara Perayaan Hari Cuci Tangan Sedunia oleh Lifebuoy di Jakarta, Kamis (15/10/2015).
Menurut UNICEF, Indonesia merupakan satu dari 15 negara dengan jumlah tertinggi kematian anak di bawah 5 tahun akibat diare dan infeksi saluran pernapasan, yaitu 29.000 kasus per tahun. Berdasarkan penelitian Valerie Curtis dari London School of Hygiene & Tropical, kebiasaan mencuci tangan pakai sabun terbukti efektif menekan angka diare sekitar 47 persen.
Data UNICEF pun menunjukkan, mencuci tangan pakai sabun mampu mencegah kematian sekitar 2/3 anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia. Bertepatan dengan Hari Cuci Tangan Sedunia yang jatuh pada 15 Oktober 2015, Koesmedi mengingatkan cara mencuci tangan yang benar.
Kosmedi menjelaskan, mencuci tangan yang efektif, yaitu dengan air mengalir dan pakai sabun. Jika tidak pakai sabun, kuman maupun bakteri tetap ada di tangan. "Kita perlu giat lagi mengajarkan cuci tangan pakai sabun, karena tindakan pencegahan lebih penting," kata Koesmedi.
Untuk menyebarluaskan edukasi cuci tangan pakai sabun, Koesmedi mengaku pihaknya bekerja sama dengan ibu-ibu PKK. Eva Arisuci Rudjito selaku Head of Marketing Skin Cleansing and Body Care PT Unilever Indonesia menambahkan, cuci tangan pakai sabun harus dilakukan selama 21 hari untuk membentuk kebiasaan.